Sejarah desa Krimun Legenda Losarang 3
Krimun berasal dari tentara prajurit Mataram yang berkerumun ditempat ini sambil memakai sarung setelah sembahyang yaitu prajurit Mataram yang kalah perang dengan kompeni pulang dari Batavia dalam menyusun
kekuatan baru dengan cara bergerilya, melawan didaerah ini.
Jadi Krimun berasal dari kata berkerumun sambil memakai sarang. Sedang kata Kriya menurut kata Jawa Kuno yang berarti perbuatan yang suci. Jadi tempat berkerumunnya orang – orang yang akan berbuat suci terhadap bangsa dan negaranya. Sehingga tanah Sarang Wetan disebut tanah Jidah oleh Ki Wanakerti yang termasuk Tanah Mataram sebelah Barat, sedangkan sebelah Barat kali Sewo disebutnya Tanah Mataram, yaitu daerah yang akan dikuasai kompeni.
Hal ini mengakibatkan adat masyarakat Krimun merupakan larangan untuk naik haji ke mekkah ditambah dengan disebabkannya waktu Ki Wanakerti naik haji disangka meninggal, padalah nyimpet atau menyelinap di tanah Suci Jidah. Akhirnya orang beranggapan, bahwa anak putunya (anak putu isun) besuk tidak perlu lagi naik haji ke Jidah, sedang tanah Krimun sendiri sudah termasuk dan disebut tanah jidah. Jadi cukup berpengalam oleh orang tua saja yang terdahulu, itulah sebabnya adat istiadat yang masih ada dan berlaku sekarang. Ada pribahasa wong tua gawe kawitan wong enom darma nglakini.
Lambang desa Krimun adalah Wayang Hanoman lambang seorang pahlawan yang hidup mengabdikan diri kepada kebenaran, yang terpisah dari golongannya, diam ditempat baru dari daerah yang masih termasuk Mataram.
Sebutan Hanoman sampai sekarang masih dilakukan, kepada orang yang lupa menyebutkan namaya cukup dengan sebutan SI ANOMAN atau kepada orang yang belum kenal namanya, bahkan disebut dengan singkatan SI ANO. Lambang Hanoman telah dipakai seak berdirinya pemerintahan desa dan terpilihnya kepala desa. Desa Krimun dan Muntur dahulunya satu desa dengan nama Losarang. Sejak tahun 1771 setelah ada pemerintahan Belanda, desa ini dibagi menjadi dua dengan nama desa Krimun dan yang lain menjadi desa Muntur. Tetapi kampung Sarang masih tetap disebut kampung Sarang Wetan dan kampung Sarang Kulon. Masyarakat Krimun waktu zaman Belanda dikelompokan, ada kelompok Cina yang diketahui oleh Ket Nyoh dan lain sebagainya.
Dekat Buyut Jarong dan Buyut Nyi Krewed sering kedengaran bunyi gendean, seperti halnya di Buyut Ronggeng, di Ujung Ori, dan di Pulau Mas, bila akan terjadi sesuatu ditempat itu. Disebelah Selatan terdapat Buyut Watu, yaitu tempat dikuburkannya pusaka bekas perang antara Sumedang dengan Losarang Dermayu. Dan lebih ke Selatan lagi terdapat Buyut Depok yaitu kejadian waktu perang menyebarkan Agama Islam Ki Kuwu ke Depok di bawah pohon asam ditempat itu, sampai sekarang tempat ini masih dikeramatkan. Kemudian disebelah utara di tanah pemukiman baru Kampung Kertasari terdapat Buyut Balung karena yang dikuburkan disana tinggal balung tengkoraknya saja, yaitu pejuang Hisbulah waktu Zaman Revolusi melawan Belanda ditembak dan hanyut dikuburkan disana. Yaitu pejuang dari asal Cirebon Rajasinga dan Singaraja.
Pejuang asal dari Cirebon bernama Raden Naso, pejuang asal Singaraja Indramayu bernama Idris dan pejuang asal Rajasinga Cikedung bernama Caracas. Waktu itu orang setempat tidak berani menguburkan pejuang itu karena takut oleh Belanda, sehingga ada mayat yang hanyut ke laut ada yang dimakan binatang Babi hutan, Anjing hutan atau menyawak atau biawak dan lain – lain. Tetapi ada yang diputar – putarkan arus air saja sehingga kembali lagi kembali lagi.
Sumber :
1. Tokoh masyarakat setempat
2. Http://melyahdwilestari.blogspot.com
3. http://www.indramayutradisi.com
4 photo http://dskrimun.blogspot.co.id
Post a Comment