Header Ads

Sejarah desa Puntang Legenda Losarang 4



          Nama desa Puntang diambil dari kata asal Muntang dari bahasa Sunda Majalengka, dari kata kerja muntang gayot. Desa Puntang pertama kalinya disebut desa Muntang, diambil dali acara mengerjakannya,
berubah menjadi kata Puntang dari kata nama pekerjaannya. Nama ini terjadi sekitar abad 16. Jauh sebelum itu daerah ini didiami oleh bangsa pedagang Cina pendatang baru yang bernama Nyi PO AH, yang mendiami tanah ditengah – tengah desa ini sehingga tempat ini disebut Buyut Puser, artinya tengah atau pusat desa.


Adat Sedekah Bumi di desa Puntang


              Pedatang pedagang Cina yang kedua yang menjadi penduduk ini yaitu NYI ANCANG, tempatnya dekat Buyut Santri. Rumah – rumah bekas Cina sampai sekarang masih ada seperti conthnya didekat balai desa Jangga saudara SUN HOK dan lain – lain. Setelah itu datanglah tiga (3) orang bersaudara yang berasal dari Majalengka, yaitu :
1. Raden Santri, karena waktu meninggal malamnya mengeluarkan cahaya seperti petromak yang ngeramat, disebut Buyut Kramat.
2. Raden Kelud sebagai pawongan Ki Sukaraja.
3. Ki Sukaraja orang yang dipercaya membawa pusaka raja.


           Pusaka raja ini selama masih melaksanakan Tapa Brata dilarang lepas dari tangannya, apa lagi bila diletakan ditanah. Sedang Tapa Bratanya harus dengan istirahat Muntang Gayot. Ki Sukaraja dan saudara – saudaranya belum selesai melaksanakan tapa bratanya, karena itu mereka tetap meneruskan perjalanannya sambil membawa pusaka raja itu. Ketiga orang itu merantau dari desa Sukaraja Jatiwangi, berlayar dengan perahunya menyelusuri kali Dolop atau Boros ke kali Betokan, terus ke kali Cidengirul dan kali pangkalan. Waktu itu pangkalan, mandor pangkalan mengadakan pemeriksaan di blok Bandar dan tempat sekarang perahunya diberhentikan karena disangka pasukan musuh yang akan mengadakan perlawanan terhadap Belanda V.O.C. waktu itu memang didaerah ini ada perlawanan menentang atau pemberontakan kepada Belanda.
Setelah selesai diperiksa tidak terdapat tanda – tanda menunjukan musuh Belanda. Ki Sukaraa orang yang senang akan Kembang Cempaka Putih yang merupakan jimat kesayangannya, meneruskan perjalanan ke Cemara, dari sini karena tidak mendapatkan tempat yang diinginkan ia minta meneruskan perjalanannya kesebalah barat dan akhirnya sampailah dimuara Jarong, tetapi tempat ini belum diterima yang pantas untuk dijadikan tempat istirahat dalam bertapa. Barulah setelah sampai ditempat NYI PO AH ditengah – tengah desa, Ki Sukaraja tertarik dan jatuh cinta pada NYI PO AH.


              Ditempat ini ada pasukan tentara prajurit Mataram yang sedang melawan Belanda, mereka ikut membantu dan Ki Sukaraja sebagai pemimpinya. Ki Sukaraja sebagai pemimpin menyuruh kepada pasukannya bila siang hari menyerbu kompeni Belanda dengan taktik bergerilya, dan kalau malam hari bersembunyi tidur diatas pohon yang rindang, tidur bergantungan dengan sarung dikaitkan seperti halnya binatang Kalong muntang gayot daam bahasa sunda Majalengka dalam menyelamatkan diri, sehingga bila ada kompeni tidak diketahui jejaknya. Demikian seluruh pasukannya diperintahkan.


             Maka akhirnya tempat ini terkenal disebut tempat Muntang yang lama kelamaan menjadi desa Muntang dan seterusnya sebutan itu berubah lagi menjadi desa Puntang samapi sekarang. Waktu Ki Sukaraja melakukan Muntang untuk istirahat pusaka raja yang berupa keris, pusak keris karena lelahnya ia lupa pusaka diletakkan dibawah atau tanah, ia lupa akan larangan itu, yang sebenarnya tidak boleh lepas dari tangannya ini malah diletakkan diatas tanah. Karena melanggar perjanjian gurunya pusaka raja mendadak hilang lenyap tanpa krana. Selesai muntang Ki Sukaraja baru ingat melihat pusakanya telah hilang, ia menyangka pasti ada yang mengambil, dan yang mengambilnya adalah pasti saudaranya sendiri yaitu Ki Santri, karena Ki Santri sejak keberangkatan dari tempat asalnya selalu menginginkan pusaka tersebut dari dahulu.


             Dengan demikian ia segera datang dimana kakaknya, yang tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Kebetulan lagi waktu itu Ki Santri kepergok sedang mendekati NYI PO AH, sebagai kekasih Ki Sukaraja. Dengan tidak dipikir lagi, yang disertai hati cemburu, Ki Sukaraja langsung menuduh dan sekaligus membunuhnya. Karena Ki Santri tetap dalam pangkuannya tidak mengambil pusaka raja apa lagi menyembunyikannya dan tidak bermaksud pula mengkhianati kekasihnya.


             Ki Santri sebelum menghembuskan napas, ia berkata kalau saya salah dalam pekuburan saya tidak terjadi apa – apa, tetapi bila saya benar lihatlah dipekuburan saya akan timbul cahaya, yang menunjukan bahwa Ki Santri yang benar. Dan besuk pejabat desa Puntang bakal ada huru hara akibat hanya persoalan perempuan saja. Benarlah malamnya di pekuburan Ki Santri keluar cahaya seperti patromak yang menunjukan bahwa Ki Santri ada dipihak yang benar, karena kebenaran ini cahaya yang ngeramat, akhirnya pekuburan Ki Santri disebut Buyut Kramat. Sedang Ki Sukaraja merasa keduhung atau kecewa karena telah menganiyaya saudaranya yang tidak bersalah dan ia sendiri telah melanggar janji perintah gurunya, ia pergi ke tempat semula dan meninggal disebelah Buyut Tingkem, dimana pusaka raja hilang. Sampai sekarang dari desa Sukaraja Jatiwangi suka datang ke Puntang untuk memperingati peristiwa itu sambil membawa kembang kesukaannya cempaka putih.


Sumber :
1. Http://melyahdwilestari.blogspot.com
2. PATROLINEWS
3. http://www.indramayutradisi.com

No comments